Total Tayangan Halaman

Minggu, 02 Oktober 2011

Lansia..


  1. LANJUT USIA
1.      Pengertian Lansia
Budi Anna Keliat menyatakan usia lanjut sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut Pasal 1 ayat 2, 3, 4 UU no. 13 tahun 1998 tentang Kesehatan, usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (Maryam, dkk, 2008). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengategorikan lansia sebagai berikut:
a.    Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b.    Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 70 tahun
c.    Lanjut usia tua (old) = antara 70 dan 90 tahun
d.   Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun (Nugroho, 2000).
2.      Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam (2008) lansia dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok, yaitu:
    1. Paralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45 – 59 tahun.
    1. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
    1. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)

    1. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/ jasa (Depkes RI, 2003).
    1. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang lain (Depkes RI, 2003).
3.      Karakteristik Lansia
Gambaran karakteristrik lansia sebagai berikut:
a.    Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan).
b.    Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
c.    Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

  1. PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA
Menjadi tua bukan suatu pilihan, tetapi suatu proses yang harus dan akan terjadi ketika manusia memasuki tahap akhir fase tumbuh kembangnya. Pada saat menua, terjadi beberapa perubahan yaitu perubahan fisik, perubahan mental, dan perubahan psikososial.
Perubahan lansia secara fisik digambarkan sebagai berikut (Nugroho, 2000):
Sistem
Perubahan yang Terjadi
Sel
Sel akan mengalami penurunan ukuran dan jumlahnya, berkurang jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel dan otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.
Sistem Pernapasan
berat otak menurun 10-20%, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf panca indra yang menyebabkan berkurangnya penglihatan, hilangmya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, kurang sensitif terhadap sentuhan.
Sistem Pendengaran
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran), hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada- nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata- kata, 50% terjadi pada usia di atas 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan olosklerosis, terjadinya pengumpulan serumen dan dapat mengeras karena meningkatnya keratin, pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/ stres.
Sistem Penglihatan
Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensalebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapangan pandang.
Sistem Kardiovaskular
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, sehingga kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke dududk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak), tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Temperatur tubuh menurun secara fisiologik sekitar 350C ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
Sistem Respirasi
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, paru- paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun, alvioli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 pada arteri tidak terganti, kemampuan untuk batuk berkurang, kekuatan otot pernafasan menurun seiring dengan penambahan usia.
Sistem Gatrointestinal
Kehilangan gigi akibat periodental deases yang biasanya terjadi setelah umur 30 tahun, bisa juga disebabkan oleh kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun karena adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecapan, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam, dan pahit, esofagus melebar, sensiifitas lapar menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi melemah, hati mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
Sistem Reproduksi
Menciutnya ovari dan uterus, atrofi payudara, pada laki- laki testis masih dapat memproduksi spematozoa meskipun mengalami penurunan berangsur- angsur, dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, selaput vagina menurun permukaan menjadi halus, dan sekresi menjadi berkurang.
Sistem Genitouria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi arofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang sehingga krangnya kemampuan konsentrasi urin, berat jenis urin menurun, otot- otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin, pembesaran prostat sekitar 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.
Sistem Endokrin
Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tak berubah, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR dan menurunnya daya pertukran zat, menurunnya fungsi aldosteron dan menurunnya sekresi hormon kelamin misalnya progesteron, estrogen dan testosteron.
Sistem Integumen
kulit mengerut atau keriput akiba kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran serta bentuk- bentuk sel epideris, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan densitas (cairan) dan makin rapuh, kifosis, pinggang, lutut dan jari- jari pergerakan terbatas, diskus invertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, serabut- serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot- otot menjadi kram dan tremor.

  1. PERUBAHAN KOGNITIF PADA LANSIA
Perubahan fungsi kognitif pada lansia berhubungan dengan perubahan sistem persarafan lansia. berat otakmenurun atau mengalami penyusutan (atropi) sebesar 10 – 20% seiring dengan penuaan, dan hal ini berkurang setiap hari. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan jumlah sel otak serta terganggunya mekanisme perbaikan sel otak (Nugroho, 2000). Otak mengalami penyusutan, namun jumlah neuron yang hilang relatif kecil. Pengurangan volume dan massa otak pada penuaan yang normal tidak diakibatkan terutama oleh hilangnya jumlah neuron, melainkan karena adanya perubahan di dalam neuron: berkurangnya cabang-cabang neuron (spina dendrit), pengurangan kerapatan sinapsis, dan merosotnya lapisan myelin yang melapisi akson pada neuron (Nelson, 2008).
Menurut penelitian, memori dibagi menjadi beberapa jenis. Richard Atkinson dan Richard Shiffrin mengklasifikasikan memori ke dalam tiga bagian berbeda yaitu sensory register, working memory, dan long-term memory. (Rahmat, 2008) Donald Hebb membedakan ingatan menjadi dua bagian yaitu memori jangka pendek (short term memory) dan memori jangka panjang (long term memory). (Japardi, 2007)
1.    Ingatan Jangka Pendek
Merupakan tempat penyimpanan informasi yang memiliki kapasitas yang terbatas dan secara relatif berlangsung singkat dan sebagai “ruang kerja” untuk memprosesan informasi (Atkinson dan Shiffrin, 1971). Memori ini memiliki kapasitas memori dan berdurasi sekitar 15-30 detik. Ingatan ini memiliki keterbatasan, durasinya hanya berkisar antara 15 sampai 30 detik akan membuat memori ini hanya berfungsi sebagai tempat penampungan sementara informasi yang akan diolah. Miller G. A berpendapat bahwa individu yang hanya mengandalkan working memory untuk mengingat maka kemampuan individu tersebut sangat terbatas.
2.    Ingatan Jangka Pendek
Long term memory merupakan tempat penyimpanan informasi secara permanen dalam jangka waktu yang lama. Transfer informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dapat mengalami hambatan disebabkan beberapa faktor., salah satunya seberapa penting informasi tersebut untuk seseorang. Hippocampus, salah satu bagian otak akan memberikan tanda “penting” pada informasi yang dianggap penting. Setelah itu hippocampus akan mentransfer informasi keseluruh bagian otak neo cortex yang menyimpannya sebagai memori jangka panjang. Informasi yang paling mendapat perhatian dan memiliki nilai penting adalah segala sesutau yang berkaitan dengan keselamatan hidup.